BAWANG
MERAH AND BAWANG PUTIH
In the
ancient time, lived a little family. The family consists of father, mother, and
a beautiful girl named Bawang Putih. They are a harmonious and happy family
despite his father worked as an ordinary merchant. One day, the happiness in
this family was lost because the mother died. Bawang Putih was very
sad because she was very fond of her mother. Her father was also so sad because
he loved his wife so much.
After Bawang
Putih’s mother died, her house was visited frequently by a widow who had a
daughter named Bawang Merah. The widow often came with Bawang
Merah to the Bawang Putih’s home by bringing food, helping to clean
the house, and chatting with Bawang Putih’s father. Finally, the father
thinks that he should marry the widow and made the widow as a new mother
for Bawang Putih.
He asked for consideration of the proposal to Bawang Putih.
After being allowed to get married by Bawang Putih, then her father immediately
carried out the marriage. They become a new family and lived in a house. At
first, the mother and Bawang Merah’s behaved Bawang Putih very well. However,
the good behavior did not to be last long. Soon, the Bawang Merah and her
mother began to show their bad attitude. Bawang Putih was often scolded and
given heavy works when the father went to trade. She had to do a lot of
housework while the Bawang Merahs just sit and did not work at all. However,
the situation was never told by her to his father, so the Bawang Putih
continued to be treated badly by Bawang Merah’s and her mother.
One day, his father was sick and passed away. Since then,
Bawang Putih was treated worse than before. Bawang Putih almost never had a
break every day. In the morning, she had to get up in order to prepare
breakfast and the water for Bawang Merah and her mother. Later, she also gave
eating to the livestock, washing clothes, and even watering the entire garden.
Although she should do so many works, she always did it happily. She hoped,
with such sincerity, her mother would love her sincerely someday.
On the morning, Bawang Putih went to the river to wash the
clothes. She was so excited and washed vigorously. Because of getting too
excited, she was not aware that there was a shirt that washed away. She
realized that the shirt had been washed away when the flow carried it far
enough. Later, she pursued but did not get the shirt. She felt hopeless and
immediately went home.
The shirt was her mother's favorite. Of course, the mother
was angry and told her to look for the shirt until she could found it. Bawang
Putih came back to the river and walked to the west to seek her mother's
favorite shirt. She walked along the river up to tens of kilometers. After
that, Bawang Putih suddenly saw someone who was bathing the buffalo in the
river. She asked the man about the clothes were washed away. Later, she was
informed that the shirt drifting and it was not far from where she was
standing. At that moment, Bawang Putih immediately ran down the river to find
the shirt.
It was getting dark and the Bawang Putih found a home. Because
of completely exhausted, she decided to take a break in the house. Apparently,
it housed an old lady who had previously found the shirt. The old lady wanted
to return the shirt to her, but she should accompany the old lady during a
week. She agreed to stay with the lady for a week. Within a week, she made the
old lady to be so happy because she was diligent and never complained even
though felt so tired.
After accompanying for a week, she was given a pumpkin as
the gift. When opening it, she was very surprised because there were so much
gold and gems. She immediately went home and told the happening to her mother
and also Bawang Merah. However, the gold and jewels that she got immediately
seized and she was forced to tell where the jewelry could be obtained. Bawang
Putih immediately said that she got it from an old lady who lived near the
river.
In the next day, Bawang Merah came to that house and stayed
for a week like what Bawang Putih did. However, because Bawang Merah was a lazy
girl, the old lady gave a different pumpkin from Bawang Putih. Bawang Merah did
not care and Bawang Merah immediately went home to open the pumpkin with her
mother. Apparently, the content was not gems or gold, but the venomous snake
that bit of Bawang Merah and the mother. Both of them died because of their
greed.
After the happening, Bawang Putih was living alone, but she
was more calm and lived happily with its gold and gems.
Terjemahan
:
Bawang
Merah dan Bawang Putih
Pada
zaman dahulu, ada sebuah keluarga kecil yang hidup bahagia. Keluarga tersebut
terdiri dari ayah, ibu, dan seorang gadis cantik bernama bawang putih. Mereka
adalah keluarga yang harmonis dan bahagia meskipun sang ayah hanya bekerja
sebagai seorang pedagang biasa. Suatu hari, kebahagiaan yang ada di dalam
keluarga tersebut hilang karena sang ibu meninggal. Bawang putih sangat sedih
karena ia sangat menyayangi ibunya, begitu juga sang ayah yang sangat sedih
karena sang istri telah meninggal.
Setelah
ibu bawang putih meninggal, rumahnya sering dikunjungi oleh seorang janda yang
mempunyai anak bernama bawang merah. Ibu bawang merah sering datang ke rumah
bawang putih dan membawakan makanan, membantu membersihkan rumah, dan mengobrol
dengan ayah bawang putih. Akhirnya, ayah bawang putih berpikir bahwa sebaiknya
ia menikah dengan janda tersebut dan menjadikannya sebagai ibu baru untuk
bawang putih.
Ia
meminta usul dan pertimbangan dari bawang putih. Setelah diizinkan untuk
menikah oleh bawang putih, maka sang ayah segera melaksanakan pernikahan dengan
ibu bawang merah. Mereka menjadi sebuah keluarga baru dan tinggal di rumah
tersebut. Pada awalnya, ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik terhadap
bawang putih. Namun, perilaku baik tersebut tidak bertahan lama. Lama-kelamaan
bawang merah dan ibunya mulai menunjukkan sikap buruk mereka. bawang putih
sering dimarah dan diberikan pekerjaan berat ketika sang ayah pergi berdagang.
Ia harus mengerjakan banyak pekerjaan rumah sementara bawang merah hanya duduk dan
tidak bekerja sama sekali. Namun, keadaan tersebut tidak pernah diceritakan
olehnya kepada sang ayah, sehingga bawang putih terus diperlakukan secara buruk
oleh bawang merah dan ibunya.
Pada
suatu hari sang ayah sakit dan meninggal dunia. Sejak saat itu, bawang merah
dan ibunya memperlakukan bawang putih semakin buruk. Bawang putih hampir
tidak pernah istirahat setiap hari. di pagi hari, ia harus bangun untuk
mempersiapkan air dan sarapan bagi bawang merah dan ibunya. Kemudian, ia juga
harus member makan ternak, mencuci baju, dan bahkan menyirami seluruh kebun.
Meskipun pekerjaan yang harus ia kerjakan begitu banyak, namun bawan putih
melakukan semua itu dengan gembira. Ia berharap, dengan keikhlasan tersebut,
sang ibu mau menyayanginya dengan tulus dan menganggapnya sebagai anak kandung.
Pada
suatu pagi, bawang putih pergi ke sungai untuk mencuci baju. Dia begitu gembira
dan mencuci dengan penuh semangat. Karena terlalu semangat, ia tidak sadar
bahwa ada sebuah baju yang hanyut. Ia menyadari bahwa baju tersebut hanyut
ketika telah terbawa aliran yang cukup jauh. Kemudian, ia mengejarnya dan tidak
mendapatkan baju tersebut. Ia merasa putus asa dan segera pulang ke rumah.
Baju
tersebut merupakan baju kesayangan ibu bawang merah. Tentu saja, sang ibu marah dan
menyuruhnya untuk mencari baju tersebut hingga ditemukan. Bawang putih kembali
lagi ke sungai dan berjalan ke arah barat untuk mencari baju kesayangan ibunya.
Ia berjalan menyusuri aliran sungai hingga puluhan kilometer. Setelah itu,
bawang putih tiba-tiba melihat seseorang yang sedang memandikan kerbau di
sungai. Ia bertanya kepada orang itu mengenai baju yang hanyut. Kemudian, ia
mendapat informasi bahwa baju ibu bawang merah hanyut namun baju tersebut
tidaklah jauh dari tempatnya berdiri. Saat itu juga, bawang putih segera
berlari menyusuri sungai untuk menemukan baju tersebut.
Hari
semakin gelap dan bawang putih menemukan sebuah rumah. Karena sangat lelah, ia
memutuskan untuk beristirahat sejenak di rumah tersebut. Ternyata, di dalamnya
tinggal seorang nenek yang sebelumnya sudah menemukan baju milik ibu bawang
putih. Sang nenek ingin mengembalikan baju tersebut kepada bawang putih, dengan
syarat bawang putih harus menemaninya selama seminggu. Bawang putih begitu iba
dengan nenek tersebut, dan ia setuju untuk tinggal bersama sang nenek selama
seminggu. Dalam waktu satu minggu, ia membuat nenek tersebut amat gembira
karena bekerja dengan rajin dan tidak pernah mengeluh.
Setelah
bawang putih menemani sang nenek selama seminggu, ia diberikan satu buah labu
sebagai hadiah. Ketika membuka labu tersebut, ia sangat terkejut karena
didalamnya terdapat emas dan permata yang begitu banyak. Ia segera pulang dan
memberitahukan kejadian tersebut kepada sang ibu dan juga bawang merah. Namun,
emas dan permata yang ia dapatkan segera direbut dan ia dipaksa untuk
memberitahukan dimana perhiasan tersebut dapat diperoleh. Bawang putih segera
mengatakan bahwa ia mendapatkannya dari seorang nenek yang tinggal di dekat
sungai.
Esok hari,
bawang merah datang ke rumah nenek tersebut dan tinggal selama satu minggu.
Namun, karena bawang merah adalah gadis yang malas, maka sang nenek
memberikannya labu yang berbeda dari bawang putih. Bawang merah tidak peduli
dan ia segera pulang dan membuka labu tersebut bersama ibunya. Ternyata, isi
labu tersebut bukanlah permata atau emas, namun ular berbisa yang menggigit
bawang merah dan ibunya. Kedua orang tersebut meninggal karena keserakahannya.
Bawang
putih kini hidup sendiri namun ia lebih tenang karena tidak ada lagi orang yang
menganggunya. Ia hidup bahagia dengan emas dan permata yang dimilikinya.
THE
GOLDEN SLUG (KEONG MAS)
In the
ancient time, lived a young man named Galoran. He was respected because of his
wealth and honor. His parents were nobleman so he could live with luxury.
However, he was very wasteful and every day just squandered the wealth of his
parents.
One day,
his parents died, but he did not care and continued to spend money as well as
before. Because his life was so extravagant, all the treasure that he had was
running out and he became an unemployed person. Many people sympathized with
him and offered a job. But every time he got the job, he just dallied and it
made him always be fired. Several months later, there was a wealthy widow who
interested him. He married the widow and of course, he was very happy to be
living in luxury again.
The widow
had a daughter who was very diligent and clever to weave. Her name is Jambean,
a beautiful girl and had been famous because of her weaving. However, Galoran
did not like the girl, because the girl often scolded him because of his
laziness. Finally, he threatened to torture and kill Jambean. He revealed the
plan to his wife and the wife was very sad to hear of the threat.
Hearing the
news, Jambean was very sad but she volunteered herself to be killed by her
father. She told that she wanted to be dumped into a dam and did not burry
under the ground after the death. The mother agreed and did all of her wants.
In the dam, her body and head suddenly turned into the golden slugs.
Several
years later, there are two widows who were looking for firewood. They were kindred,
the first widow named Mbok Sambega Rondo and the second called Mbok Rondo
Sembagil. When looking for the firewood in the jungle, they were very surprised
because of finding the beautiful golden slugs. They brought it and maintained
at home.
Once they
brought the snails, there was always a miracle every day. Their kitchen was
always filled with the delicious food when they came home from work. They were
very surprised, and wanted to know the person who made those foods. They
pretended to go to work and hid in the back of the house. A few moments later,
there was a beautiful girl came from the inside of the conch and she began to
cook the delicious meals.
Both widows
then secretly held and did not let the girl to get into the snail anymore. The
girl apparently was Jambean who had been killed by her father. Both widows then
allowed her to stay with them. Because of their versatility in weaving, she got
her famous back and made a handsome prince attracted. In the end, she married
the prince and lived happily.
Terjemahan
:
Keong
Mas
Pada
zaman dahulu, hiduplah seorang pemuda yang bernama Galoran. Ia merupakan salah
satu orang yang disegani karena mempunyai kekayaan dan kehormatan. Orang tuanya
merupakan bangsawan sehingga ia dapat hidup dengan mewah. Namun, ia merupakan
seseorang yang sangat boros dan setiap hari hanya menghambur-hamburkan harta
orang tuanya.
Suatu
hari, orang tuanya meninggal dunia namun ia tidak peduli dan terus menghabiskan
uang seperti sebelumnya. Karena hidupnya begitu boros, maka harta yang ia
miliki habis dan ia menjadi seorang pengangguran. Banyak warga yang iba
terhadapnya, namun setiap kali ia mendapatkan pekerjaan, ia hanya
bermalas-malasan dan membuat ia sering dipecat. Beberapa bulan kemudian,
terdapat seorang janda kaya raya yang tertarik dengannya. Ia kemudian menikah
dengan janda tersebut. Tentu saja, ia sangat senang karena bisa hidup mewah
seperti sebelumnya.
Janda
tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin dan pandai menenun.
Namanya Jambean, seorang gadis yang tenunannya sangat indah dan terkenal
di desa tersebut. Namun, Galoran tidak menyukai gadis tersebut, karena sang
gadis selalu menegurnya karena selalu bermalas-malasan. Karena begitu benci
dengan Jambean, ia mengancam akan menyiksa dan membunuhnya. Ia mengungkapkan
rencana tersebut kepada istrinya dan sang istri sangatlah sedih mendengar
ancaman tersebut.
Mendengar
berita tersebut, Jambean sangat sedih namun ia merelakan dirinya dibunuh oleh
sang ayah. Ia berpesan ketika ia telah meninggal, ia ingin agar mayatnya
dibuang ke sebuah bendungan dan jangan dikubur di dalam tanah. Setelah
meninggal, sang ibu memenuhi permintaan tersebut dengan membawa mayatnya ke
bendungan dan menceburkannya. Di dalam bendungan, tubuh dan kepalanya berubah
menjadi udang dan siput atau disebut sebagai keong dalam bahasa jawa.
Beberapa
tahun kemudian, dua orang janda sedang mencari kayu bakar. Mereka adalah kakak
beradik dengan nama Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembagil. Ketika sedang
mencari kayu di hutan, mereka sangat terkejut karena menemukan keong dan siput
yang berwarna emas serta sangat indah. Keduanya kemudian membawa keong dan siput
tersebut untuk dipelihara di rumah.
Setelah
mereka membawa siput tersebut dan menjadikannya sebagai hewan peliharaan,
selalu ada keajaiban setiap hari. Dapur mereka selalu dipenuhi makanan lezat
ketika mereka pulang dari bekerja. Mereka sangat heran, dan mereka ingin
mengetahui siapa orang yang selalu membuat makanan lezat tersebut. Mereka berpura-pura pergi
bekerja dan bersembunyi di belakang rumah. Beberapa saat kemudian, muncullah
seorang gadis cantik dari dalam keong tersebut dan ia mulai memasak
makanan-makanan lezat.
Kedua
janda tersebut kemudian secara diam-diam memegang gadis tersebut dan tidak
membiarkannya lagi untuk masuk ke dalam keong. Gadis itu ternyata adalah
Jambean yang telah dibunuh oleh ayahnya. Kedua janda tersebut kemudian
mengizinkan Jambean untuk tinggal bersama mereka. Karena kepandaiannya dalam
menenun, ia sangat terkenal dan seorang pangeran tampan tertarik
kepadanya. Pada
akhirnya, ia menikah dengan pangeran dan hidup bahagia.
CERITA 3
Mouse Deer and Crocodile
One day, Mouse Deer went down to the river to take a drink. But he knew that the crocodile might be waiting underwater to eat him, so he said out loud. “I wonder if the water’s warm. I’ll put in my leg and find out.” Of course Mouse Deer didn’t put in his leg. He picked up a stick instead and put one end into the water. Chomp…! Crocodile grabbed the stick and pulled it underwater. Mouse Deer laughed. “Ha… ha…ha… Stupid crocodile! Cant you tell the difference between a stick and a leg?” Then Mouse Deer ran off to drink somewhere else.
In the next day, Mouse Deer wanted to cross the river. He wanted to eat the fruits on the other side of the river. He saw a floating log in the river. He knew that Crocodile looked like a log when he floated. Mouse Deer didn’t want to be eaten by Crocodile when he crosses the river. He had an idea. He called out loud, “Crocodile!” Crocodile rose from the water, “Hello, Mouse Deer. Have you come to be my lunch?” Mouse Deer smiled. “Sorry, not today, Crocodile. I have orders from the King. He wants to invite all the crocodiles in this river to a party. He wants me to count all the crocodiles so he could prepare enough meal for you.”
“Really…? Tell us what to do,” said Crocodile. “You must line up from this side of the river to the other side,” said Mouse Deer. Crocodile then got all his friends and family. They lined up across the river. Mouse Deer then jumped onto Crocodile’s back. “One,” he counted. He jumped onto the next crocodile, “Two.” And the next crocodile, “Three.” Mouse Deer kept jumping until he arrived on the other side of the river. “How many are there?” asked Crocodile. “Just enough,” said Mouse Deer. He laughed as he ran to the forest.***
Mouse Deer and Crocodile
One day, Mouse Deer went down to the river to take a drink. But he knew that the crocodile might be waiting underwater to eat him, so he said out loud. “I wonder if the water’s warm. I’ll put in my leg and find out.” Of course Mouse Deer didn’t put in his leg. He picked up a stick instead and put one end into the water. Chomp…! Crocodile grabbed the stick and pulled it underwater. Mouse Deer laughed. “Ha… ha…ha… Stupid crocodile! Cant you tell the difference between a stick and a leg?” Then Mouse Deer ran off to drink somewhere else.
In the next day, Mouse Deer wanted to cross the river. He wanted to eat the fruits on the other side of the river. He saw a floating log in the river. He knew that Crocodile looked like a log when he floated. Mouse Deer didn’t want to be eaten by Crocodile when he crosses the river. He had an idea. He called out loud, “Crocodile!” Crocodile rose from the water, “Hello, Mouse Deer. Have you come to be my lunch?” Mouse Deer smiled. “Sorry, not today, Crocodile. I have orders from the King. He wants to invite all the crocodiles in this river to a party. He wants me to count all the crocodiles so he could prepare enough meal for you.”
“Really…? Tell us what to do,” said Crocodile. “You must line up from this side of the river to the other side,” said Mouse Deer. Crocodile then got all his friends and family. They lined up across the river. Mouse Deer then jumped onto Crocodile’s back. “One,” he counted. He jumped onto the next crocodile, “Two.” And the next crocodile, “Three.” Mouse Deer kept jumping until he arrived on the other side of the river. “How many are there?” asked Crocodile. “Just enough,” said Mouse Deer. He laughed as he ran to the forest.***
Terjemahan
Cerita
Kancil dan Buaya dalam Bahasa Inggris
Suatu hari,
Kancil pergi ke sungai untuk minum. Tapi ia tahu bahwa buaya mungkin menunggu
didalam air untuk memakannya, jadi dia berteriak keras-keras. “Aku ingin tahu
apakah air hangat. Aku akan memasukkan kaki saya ke dalam air dan mencari tahu.
“Tentu saja Kancil memasukkan kakinya. Dia mengambil tongkat dan memasukkan
satu ujung ke dalam air. Chomp …! Buaya menyambar tongkat dan menariknya ke
bawah air. Kancil tertawa. “Ha … ha … ha … buaya bodoh! Tidak bisakah membedakan antara tongkat
dan kaki? “Lalu
Kancil lari untuk minum di tempat lain.
Pada hari berikutnya, Kancil ingin menyeberang sungai. Dia ingin makan buah-buahan di sisi lain sungai. Dia melihat batang kayu mengambang di sungai. Dia tahu bahwa Buaya tampak seperti kayu mengambang ketika ia mengambang. Kancil tidak mau dimakan oleh buaya ketika ia melintasi sungai. Dia punya ide. Ia berseru keras, “Buaya!” Buaya terangkat dari air, “Halo, Kancil. Apakah kamu datang untuk menjadi makan siang saya? “Kancil tersenyum. “Maaf, tidak hari ini, Buaya. Saya mendapat perintah dari Raja. Dia ingin mengajak seluruh buaya di sungai ini ke pesta. Dia ingin aku menghitung semua buaya sehingga ia bisa mempersiapkan cukup makanan untuk kamu. ”
“Sunggu…? Beritahu kami apa yang harus dilakukan, “kata Buaya. “kamu harus berbaris dari sisi sungai ke sisi lain,” kata Kancil. Buaya kemudian memanggil semua teman-temannya dan keluarganya. Mereka berbaris di seberang sungai. Kancil lalu melompat ke punggung buaya. “Satu,” ia menghitung. Dia melompat ke buaya berikutnya, “Dua.” Dan buaya berikutnya, “Tiga.” Kancil terus melompat sampai ia tiba di sisi lain sungai. “Berapa banyak?” Tanya Buaya. “Cukup,” kata Kancil. Dia tertawa sambil berlari ke hutan.
CERITA 4
Pada hari berikutnya, Kancil ingin menyeberang sungai. Dia ingin makan buah-buahan di sisi lain sungai. Dia melihat batang kayu mengambang di sungai. Dia tahu bahwa Buaya tampak seperti kayu mengambang ketika ia mengambang. Kancil tidak mau dimakan oleh buaya ketika ia melintasi sungai. Dia punya ide. Ia berseru keras, “Buaya!” Buaya terangkat dari air, “Halo, Kancil. Apakah kamu datang untuk menjadi makan siang saya? “Kancil tersenyum. “Maaf, tidak hari ini, Buaya. Saya mendapat perintah dari Raja. Dia ingin mengajak seluruh buaya di sungai ini ke pesta. Dia ingin aku menghitung semua buaya sehingga ia bisa mempersiapkan cukup makanan untuk kamu. ”
“Sunggu…? Beritahu kami apa yang harus dilakukan, “kata Buaya. “kamu harus berbaris dari sisi sungai ke sisi lain,” kata Kancil. Buaya kemudian memanggil semua teman-temannya dan keluarganya. Mereka berbaris di seberang sungai. Kancil lalu melompat ke punggung buaya. “Satu,” ia menghitung. Dia melompat ke buaya berikutnya, “Dua.” Dan buaya berikutnya, “Tiga.” Kancil terus melompat sampai ia tiba di sisi lain sungai. “Berapa banyak?” Tanya Buaya. “Cukup,” kata Kancil. Dia tertawa sambil berlari ke hutan.
CERITA 4
Pinocchio
He great
Italian pine forest, was lonely. He always dreamed about having a son.
Each day,
he went cutting woods for the town’s people. One day, an idea illuminated his
mind, the idea of crafting a puppet, which he will call it Pinocchio. He
crafted that puppet and during the night, the puppet becomes alive!
One year of
happiness and thriller passed, on a Sunday morning, Gepetto told Pinocchio:
"It’s
my birthday soon, my little son! I hope you didn’t forget it!"
"Euh,
sure, I didn’t!"
Pinocchio
felt awkward. He didn’t thought about that. Gepetto’s birthday was coming in
only three days, and he hadn’t even a present.
After a
long night of reflecting, Pinocchio finally decided to offer a homemade
chocolate cake to him as a present.
When the
sun rose, Pinocchio was already ready to go outside to find the ingredients.
The main problem was he didn’t even known the ingredients and the recipe.
So after
school, he decided to go ask someone for the ingredients to bake a cake. During
his walk, Pinocchio, the wooden puppet, met the town’s sorcerer.
"Hey,
little boy, do you need some help for your chocolate cake?"
"Hum…
You can help me?", asked Pinocchio.
"Sure,
I can. Follow me!"
After
walking few minutes so, Pinocchio saw a big, big, big candy house. They entered
together and Pinocchio got caught by a big cage.
"Mouahahaha!!!
I finally caught you! You’ll be mine, you’re going to work for me!", said
the evil sorcerer.
Pinocchio
was so scared. When the guards came and took him out of the cage, he
immediately ran away very fast and he succeeded to escape.
At the same
time, the evil sorcerer, calling all his troops with him, ran after him and he
took out his magic wand. The evil devil changed the little wooden puppet into a
chocolate cake!
When he
came back home, he told the entire story to his father and they went to find
the god fairy.
After a
long trip, they finally find the god fairy and they got the magical potion for
Pinocchio.
Terjemahan :
Pinokio
Dia di hutan pinus Italia yang besar, kesepian. Dia selalu memimpikan memiliki seorang anak laki-laki.
Setiap hari, ia pergi memotong kayu untuk orang-orang kota. Suatu hari, sebuah ide terlintas dalam pikirannya, sebuah ide membuat sebuah boneka, yang akan ia beri nama Pinokio. Dia membuat boneka itu dan pada malam hari, boneka tersebut menjadi hidup!
Satu tahun kebahagiaan dan ketakutan berlalu, pada hari Minggu pagi, Gepetto berkata pada Pinokio :
"hari ulang tahun saya segera tiba, putra kecilku! Saya harap kamu tidak lupa!"
"Euh, tentu, saya tidak lupa!"
Pinokio merasa canggung. Dia tidak memikirkan hal itu. Ulang tahun Gepetto hanya tiga hari lagi, dan dia bahkan belum punya kado.
Setelah malam yang panjang dan berfikir, Pinokio akhirnya memutuskan untuk membuatkan kue coklat buatannya sendiri untuk Gepetto sebagai hadiah ulang tahunnya.
Ketika matahari terbit, Pinokio sudah siap untuk pergi ke luar untuk mendapatkan bahan-bahannya. Masalah utama ia bahkan tidak tau bahan-bahan dan resepnya.
Jadi sepulang sekolah, ia memutuskan bertanya ke seseorang bahan-bahan untuk membuat kue. Selama perjalanannya, Pinokio, si boneka kayu, bertemu penyihir kota.
"Hei, anak kecil, kamu membutuhkan bantuan untuk kue cokelatmu?"
"Hum ... Anda dapat membantu saya?", Tanya Pinokio.
"Tentu, aku bisa. Ikuti aku!"
Setelah berjalan beberapa menit, Pinokio melihat rumah permen yang sangat besar. Mereka masuk bersama-sama dan Pinokio tertangkap oleh kandang besar.
"Mouahahaha! Saya akhirnya berhasil menangkap mu! Kamu akan menjadi milikku, kau akan bekerja untuk ku!", Kata penyihir jahat.
Pinokio sangat takut. Ketika penjaga datang dan membawanya keluar dari kandang, dia segera lari dengan sangat cepat dan dia berhasil melarikan diri.
Pada saat yang sama, penyihir jahat, memanggil semua pasukannya, berlari mengejarnya dan dia mengeluarkan tongkat sihirnya. Iblis jahat mengubah boneka kayu kecil itu menjadi kue cokelat!
Ketika ia kembali ke rumah, dia menceritakan semuanya kepada ayahnya dan mereka pergi mencari peri dewa.
Setelah perjalanan panjang, mereka akhirnya menemukan peri dewa dan mereka mendapatkan ramuan ajaib untuk Pinokio.
Snow
White
Once upon a
time there lived a little, named Snow White. She lived with her aunt and uncle
because her parents were died.
One day she
heard her aunt and uncle talking about leaving Snow White in the castle because
they wanted to go to America and they didn't have enough money to take Snow
White with them.
Snow White
didn't want her uncle and aunt to do this. So she decided to run away. The next
morning she run away from home when her aunt and uncle were having breakfast,
she run away into the wood.
In the wood
she felt very tired and hungry. Then she saw this cottage. She knocked but no
one answered so she went inside and felt asleep
Meanwhile
seven dwarfs were coming home from work. They went inside. There, they found
Snow White woke up. She saw the dwarfs. The dwarfs said; “What is your name?”. Snow
White said; “My name is Snow White”. One of the dwarfs said; “If you wish, you
may live here with us”. Snow White told the whole story about her. Then Snow
white and the seven dwarfs lived happily ever after.
Terjemahan
:
Putri
Salju
Dahulu kala
hiduplah sedikit , bernama Putri Salju . Dia tinggal bersama bibi dan pamannya
karena orang tuanya meninggal.
Suatu hari
ia mendengar bibi dan pamannya berbicara tentang meninggalkan Putri Salju di
benteng karena mereka ingin pergi ke Amerika dan mereka tidak punya cukup uang
untuk membawa Putri Salju dengan mereka .
Salju tidak
ingin paman dan bibinya untuk melakukan hal ini . Jadi, dia memutuskan untuk
melarikan diri . Keesokan harinya dia lari dari rumah ketika bibi dan pamannya
sedang sarapan , ia melarikan diri ke dalam hutan .
Dalam
kayu ia merasa sangat lelah dan lapar . Lalu ia melihat pondok ini . Dia mengetuk tapi tidak ada yang
menjawab jadi dia masuk ke dalam dan merasa tertidur
Sementara
tujuh kurcaci datang pulang dari kerja . Mereka masuk ke dalam. Di sana, mereka
menemukan Putri Salju terbangun . Dia melihat kerdil . Para kurcaci mengatakan
, " Siapa namamu ? " . Putri Salju mengatakan , " Nama saya Snow
White" . Salah satu kurcaci berkata , " Jika Anda ingin, Anda dapat
tinggal di sini bersama kami " . Putri Salju menceritakan seluruh kisah
tentang dia . Kemudian Putri Salju dan tujuh kurcaci hidup bahagia selamanya .
CERITA 6
A bear
and a lion
One upon a
time a lion and a bear caught and killed a goat. They had a quarrel over it.
“It is
mine,” said the bear. “I caught it with my strong paws.”
“It is not
yours. It is mine,” said the lion. “I killed it with my strong jaws.”
Then they
began to fight over it. They ran up and down the hill, under and over the
fallen trees, in and out of the forest. They bit and scratched with their
strength, but no one could overcome the other.
At last
they both were tired out and could fight no longer. They lay upon the ground,
panting and looking at each other.
A fox who
was passing by at the time saw them with a dead goat near by. She ran up to
them, took the goat home and ate it up.
Terjemahan
:
Beruang
dan singa
Suatu
ketika seekor singa dan seekor beruang menangkap dan mebunuh seekor kambing.
Mereka pun berdebat.
“Ini
milikku,” kata beruang “Saya menagkapnya dengan kekuatan cakarku.”
“itu
bukan milikmu. Itu milikku,” kata singa. “Saya membunuhnya dengan kekuatan rahangku.”
Mereka
pun mulai bertengkar. Mereka saling kejar naik turun bukit melewati bawah dan
atas batang pohon tumbang, keluar dan masuk hutan. Mereka saling menggigit dan
mencakar dengan kekuatan mereka yang mereka miliki, tapi tidak ada yang mampu
mengalahkan satu sama lain.
Dan
pada akhirnya mereka berdu letih dan tidak bias berkelahi lagi. Mereka
berbaring dengan nafas terengah-engah dan saling melihat.
Pada
saat yang bersamaan tiba-tiba seekor rubah lewat dan melihat mereka bersama
seekor kambing mati di dekatnya. Dia pun mendekat, dan membawa pergi kambing tersebut.
The
fools of two men
Gotham
(Go’tem) was a little town in England.
Once there
was a man from Gotham going to market to buy sheep. At gotham bridge, he met a
man who had just come back from the market.
“Where are
you going?” asked the man who had come back to Gotham.
“I am going
to market to buy sheep,” answered the other.
“Which way
are you going to bring your sheep home?” asked the first man again.
“Over this
bridge,” answered the second man.
“You shall
not go over this bridge,” said the first man. “You shall go that way,”
“I will go
over this bridge,” said the second man.
“You shall
not,” said the first man again.
“But I
will,” replied the other.
Soon the
two men began to fight. They fought and fought until they both got quite hurt.
How foolish
they were! They fought over the sheep which were not here.
Terjemahan
:
Kebodohan
dua orang pria
Gotham
adalah sebuah kota kecil di Inggris.
Suatu hari
seorang pria dari Gotham pergi ke pasar untu membeli domba. Pada Jembatan
Gotham, di bertemu dengan seorang pria yang baru pulang dari pasar.
“mau
kemana?” Tanya pria yang baru pulang dari pasar.
“Saya
akan ke pasar untuk membeli domba,” jawabnya
“Jalan yang
mana akan kamu lalui untuk membawa dombamu pulang ke rumah?” Tanya pria pertama lagi
“Lewat
jembatan ini,” jawab pria kedua
“Kamu
tidak boleh melewati jembatan ini,” Kata pria pertama. “kamu harus lewat jalan sana,”
“Saya
akan lewat jembatan ini,” kata pria kedua
“Tidak
boleh,” kata pria pertama
“tapi
saya akan tetap lewat sini,” jawab pria kedua.
Akhirnya
keduanya pun bertengkar. Mereka berkelahi dan berkelahi sampai mereka
kesakitan.
Betapa
bodohnya mereka! Mereka mempermasalahkan jalan yang kakan dilalui domba yang
belum ada.
CERITA 8
The
Legend of Malin Kundang
A long time
ago, in a small village near the beach in West Sumatra, a woman and her son
lived. They were Malin Kundang and her mother. Her mother was a single parent
because Malin Kundang's father had passed away when he was a baby. Malin
Kundang had to live hard with his mother
.
Malin
Kundang was a healthy, dilligent, and strong boy. He usually went to sea to
catch fish. After getting fish he would bring it to his mother, or sold the
caught fish in the town. One day, when Malin Kundang was sailing, he saw a
merchant's ship which was being raided by a small band of pirates. He helped
the merchant. With his brave and power, Malin Kundang defeated the
pirates.
The
merchant was so happy and thanked to him. In return the merchant asked Malin
Kundang to sail with him. To get a better life, Malin Kundang agreed. He left
his mother alone. Many years later, Malin Kundang became wealthy. He had a huge
ship and was helped by many ship crews loading trading goods. Perfectly he had
a beautiful wife too. When he was sailing his trading journey, his ship landed
on a beach near a small village. The villagers recognized him. The news ran
fast in the town; “Malin Kundang has become rich and now he is here”. An old
woman ran to the beach to meet the new rich merchant. She was Malin Kundang’s
mother.
She wanted
to hug him, released her sadness of being lonely after so long time.
Unfortunately, when the mother came, Malin Kundang who was in front of his well
dressed wife and his ship crews denied meeting that old lonely woman. For three
times her mother begged Malin Kundang and for three times he yelled at her. At
last Malin Kundang said to her "Enough, old woman! I have never had a
mother like you, a dirty and ugly woman!" After that he ordered his crews
to set sail. He would leave the old mother again but in that time she was full
of both sadness and angriness. Finally, enraged, she cursed Malin Kundang that
he would turn into a stone if he didn't apologize. Malin Kundang just laughed
and really set sail
.
In
the quiet sea, suddenly a thunderstorm came. His huge ship was wrecked and it
was too late for Malin Kundang to apologize. He was thrown by the wave out of
his ship. He fell on a small island. It was really too late for him to avoid
his curse. Suddenly,
he turned
into a stone.
Terjemahan
:
Dahulu kala, di sebuah desa kecil dekat pantai di Sumatera Barat, seorang wanita dan anaknya tinggal. Mereka adalah Malin Kundang dan ibunya. Ibunya adalah seorang single parent karena ayah Malin Kundang telah meninggal ketika ia masih bayi. Malin Kundang harus hidup keras dengan ibunya
.
Malin Kundang adalah, rajin, dan kuat laki-laki yang sehat. Dia biasanya pergi ke laut untuk menangkap ikan. Setelah mendapatkan ikan dia akan membawanya kepada ibunya, atau menjual ikan yang ditangkap di kota. Suatu hari, ketika sedang berlayar Malin Kundang, ia melihat sebuah kapal pedagang yang sedang diserbu oleh sekelompok kecil pembajak.
Dia membantu pedagang. Dengan berani dan kekuasaannya, Malin Kundang mengalahkan bajak laut. Pedagang itu sangat senang dan berterima kasih kepadanya. Sebagai imbalannya pedagang meminta Malin Kundang untuk berlayar bersamanya. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, Malin Kundang setuju. Dia meninggalkan ibunya sendirian. Bertahun-tahun kemudian, Malin Kundang menjadi kaya. Dia memiliki kapal besar dan dibantu oleh banyak awak kapal memuat barang dagangan. Sempurna dia punya istri yang cantik juga.
Ketika ia sedang berlayar perjalanan trading, kapal mendarat di pantai dekat sebuah desa kecil. Penduduk desa mengenalinya. Berita itu berlari cepat di kota, "Malin Kundang telah menjadi kaya dan sekarang dia ada di sini". Seorang wanita tua berlari ke pantai untuk memenuhi saudagar kaya baru. Dia adalah ibu Malin Kundang ini. Dia ingin memeluknya, dirilis kesedihannya menjadi kesepian setelah sekian lama. Sayangnya, ketika ibu datang, Malin Kundang yang berada di depan berpakaian istri dan awak kapalnya membantah pertemuan yang tua wanita kesepian. Selama tiga kali ibunya meminta Malin Kundang dan tiga kali ia berteriak padanya.
Akhirnya Malin Kundang berkata kepadanya "Cukup, wanita tua! Saya tidak pernah memiliki ibu seperti Anda, wanita kotor dan jelek!" Setelah itu ia memerintahkan kru untuk berlayar. Dia akan meninggalkan ibu tua lagi tapi pada saat itu dia penuh baik kesedihan dan angriness. Akhirnya, marah, dia mengutuk Malin Kundang bahwa ia akan berubah menjadi batu jika dia tidak meminta maaf. Malin Kundang hanya tertawa dan benar-benar berlayar
.
Di laut yang tenang, tiba-tiba badai datang. Kapal yang besar rusak dan itu terlalu terlambat bagi Malin Kundang untuk meminta maaf. Ia dilemparkan oleh gelombang dari kapalnya. Dia jatuh di sebuah pulau kecil. Itu benar-benar terlambat baginya untuk menghindari kutukan. Tiba-tiba,
ia berubah menjadi batu.
CERITA 9
Lutung
Kasarung
Cerita
rakyat from West Java
Prabu Tapa
Agung had led a kingdom in West Java for a long time. He was getting old and
therefore wanted to choose a successor. But unfortunately, he had no son. He
thought of choosing one of his daughters, Purbararang and Purbasari. But it
wasn’t an easy choice. They were both very pretty and smart. The only
difference was their temperament. Purbararang was rude and dishonest, while
Purbasari was kind and caring. With those considerations, Prabu Tapa Agung
finally chose Purbasari to be his successor.
Purbararang
didn’t agree with her father’s decision. “It’s supposed to be me, Father. I’m
the eldest daughter!” Purbararang said. Prabu Tapa Agung smiled. “Purbararang,
to be a queen takes more than age. There are many other qualities that one must
possess,” explained Prabu Tapa Agung wisely. “What does Purbasari have that I
don’t?” Purbararang pouted. “You’ll find out when Purbasari has replaced me,”
Prabu Tapa Agung answered.
After the
discussion, Purbararang went back to her room. “Is there something wrong?” asked
Indrajaya. Indrajaya is Purbararang’s future husband. “I’m upset! Father chose
Purbasari as his successor and not me! I have to do something!” Purbararang
said. Driven mad by her anger, she came to a witch and asked her to send rash
all over Purbasari’s body. Before going to bed, Purbasari started to feel itch
all over her body. She tried applying powder to her body, but it’s no use.
Instead, the itching grew even worse. She didn’t want to scratch it, but she
just couldn’t help it. In the next morning, there were scratch mark all over
Purbasari’s body. “What happened to you?” asked Purbararang, pretending to be
concerned. “I don’t know, sis. Last night, my body suddenly felt very itchy. I
scratched and scratched, and this is what happened,” Purbasari answered.
Purbararang shook her head. “You must have done something really awful. You’ve
been punished by the gods!”
That day,
the whole kingdom was scandalized. “What have you done, Purbasari?” demanded
Prabu Tapa Agung. Purbasari shook her head. “I didn’t do anything that would
upset the gods, Father,” she answered. “Then how can you explain what happened
to your body?” Prabu Tapa Agung asked again. “If you don’t confess, I’ll banish
you to the woods.” Purbasari took a deep breath. “Like I said before, I didn’t
do anything wrong. And I’d rather be thrown into the woods than to confess to a
deed I didn’t commit.”
After a
short discussion with his advisor, Prabu Tapa Agung ordered Purbasari to be
moved to the woods. Purbasari was very sad, but she couldn’t do anything to
defy her father’s order. She was accompanied to the woods by a messenger. He
built a simple hut for Purbasari. After the messenger left, suddenly a black
monkey came to Purbasari’s hut. He carried a bunch of bananas. From behind him,
some animals looked on. “Are the bananas for me?’ Purbasari asked. The black
monkey nodded, as if he understood what Purbasari said. Purbasari took the
bananas with pleasure. She also said thanks. The other animals that were
looking on also seemed to smile. “Are you willing to be my friend?” Purbasari
asked them. All the animals nodded happily. Although she was living by herself
in the woods, Purbasari never lacked of supplies. Everyday, there were always
animals bringing her fruits and fish to eat.
A long time
had passed since Purbasari was banished to the woods, but her body still
itched. At some places, her skin was even ulcerating. What am I supposed to
do?” Purbasari sighed. The monkey who was sitting next to her stayed still,
there were tears in his eyes. He hoped Purbasari would remain patient and
strong.
One night,
on a full moon, the monkey took Purbasari to a valley. There is a pond with hot
spring water. The monkey suddenly spoke, “The water of this pond will heal your
skin,” he said. Purbasari was surprised, ”You can talk? Who are you?” she
asked. “You’ll find out, in time,” the monkey said. Purbasari didn’t want to
force the monkey. She then walked to the pond. She bathed there. After a few
hours, Purbasari walked out of the pond. She was shocked to see her face
reflected on the clear pond water. Her face was beautiful again, with smooth
and clean skin. Purbasari observed her entire body. There were no traces of any
skin ailments. “I’m cured! I’m cured!” Purbasari shouted in joy. She quickly
offered thanks to the gods and also to the monkey.
The news of
Purbasari’s condition quickly spread to the kingdom, irritating Purbararang.
She then accompanied by Indrajaya go to the woods to see Purbasari. Purbasari
asked if she would be allowed to go home. Purbararang said she would let
Purbasari return to the palace if Purbasari’s hair were longer than hers.
Purbararang then let her hair down. It was so long, it almost touched the
ground. But it turned out that Purbasari’s hair was twice longer than
Purbararang’s hair.
“Fine, so
your hair is longer than mine.” Purbararang admitted. “But there is one more
condition you must fulfill, do you have a future husband who is handsomer than
mine?” said Purbararang as she walked toward Indrajaya. Purbasari felt
miserable. She didn’t have a future husband yet. So, without much thought, she
pulled the black monkey beside her.
Purbararang
and Indrajaya burst out, but their laughter didn’t last long. The monkey
meditates and suddenly transformed into a very handsome young man, a lot more
handsome than Indrajaya. “I’m a prince from a kingdom far away. I was cursed to
be a monkey because of a mistake I committed. I could regain my true form only
if there’s a girl who would be willing to be my wife,” said the young man.
Finally,
Purbararang gave up. She accepted Purbasari as the queen, and also confessed
everything she had done. “Please forgive me. Please don’t punish me,”
Purbararang said, asking for forgiveness. Instead of being angry, Purbasari
smiled. “I forgive you, sis,” she said. Soon after, Purbasari become queen.
Beside her was the handsome prince, the former monkey known as Lutung Kasarung.
Terjemahan
:
Lutung
Kasarung
Prabu Tapa
Agung telah memimpin kerajaan di Jawa Barat untuk waktu yang lama . Dia sudah tua dan karena itu
ingin memilih penggantinya . Namun sayangnya , ia tidak punya anak . Dia
berpikir untuk memilih salah satu putrinya , Purbararang dan Purbasari . Tapi
itu bukan pilihan yang mudah . Mereka berdua sangat cantik dan cerdas . Satu-satunya
perbedaan adalah temperamen mereka . Purbararang kasar dan jujur , sementara Purbasari adalah baik dan peduli
. Dengan pertimbangan tersebut , Prabu Tapa Agung akhirnya memilih Purbasari
menjadi penggantinya .Purbararang tidak setuju dengan keputusan ayahnya .
" Ini seharusnya menjadi aku , Ayah . Aku adalah putri sulung ! "
Kata Purbararang . Prabu Tapa Agung tersenyum . " Purbararang , untuk
menjadi seorang ratu memakan waktu lebih dari usia . Ada banyak kualitas lain
bahwa seseorang harus memiliki, "jelas Prabu Tapa Agung bijaksana . "
Apa Purbasari memiliki aku tidak? " Purbararang cemberut . " Anda
akan menemukan ketika Purbasari telah menggantikan saya, " jawab Prabu
Tapa Agung .
Setelah diskusi , Purbararang kembali ke kamarnya . " Apakah ada sesuatu yang salah ? " Tanya Indrajaya . Indrajaya adalah suami Purbararang masa depan . " Aku marah ! Bapa memilih Purbasari sebagai penggantinya dan bukan aku! Aku harus melakukan sesuatu ! " Kata Purbararang . Gila karena kemarahannya , dia datang ke penyihir dan memintanya untuk mengirim ruam seluruh tubuh Purbasari itu . Sebelum tidur , Purbasari mulai merasa gatal di seluruh tubuhnya . Dia mencoba menerapkan bubuk tubuhnya , tapi itu tidak ada gunanya . Sebaliknya , gatal tumbuh bahkan lebih buruk . Dia tidak ingin menggaruknya , tapi dia tidak bisa menahannya . Pada keesokan paginya , ada goresan tanda seluruh tubuh Purbasari itu . " Apa yang terjadi padamu ? " Tanya Purbararang , berpura-pura menjadi khawatir . " Saya tidak tahu , sis . Tadi malam , tubuh saya tiba-tiba merasa sangat gatal . Aku menggaruk dan menggaruk , dan ini adalah apa yang terjadi , "jawab Purbasari . Purbararang menggeleng . " Anda harus melakukan sesuatu yang benar-benar mengerikan. Anda telah dihukum oleh para dewa ! " Hari itu , seluruh kerajaan itu tersinggung . " Apa yang telah Anda lakukan, Purbasari ? " Menuntut Prabu Tapa Agung . Purbasari menggeleng . " Aku tidak melakukan apa pun yang akan mengganggu para dewa , Bapa , " jawabnya . " Lalu bagaimana Anda bisa menjelaskan apa yang terjadi pada tubuh Anda? " Tanya Prabu Tapa Agung lagi . " Jika Anda tidak mengaku , aku akan mengusirmu ke hutan . " Purbasari menarik napas panjang . " Seperti saya katakan sebelumnya , saya tidak melakukan sesuatu yang salah . Dan aku lebih suka dilemparkan ke dalam hutan daripada mengakui perbuatan yang tidak saya lakukan . "
Setelah diskusi singkat dengan penasihat , Prabu Tapa Agung memerintahkan Purbasari untuk dipindahkan ke hutan . Purbasari sangat sedih , tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menentang perintah ayahnya . Dia ditemani ke hutan oleh seorang utusan . Ia membangun sebuah pondok sederhana untuk Purbasari . Setelah utusan kiri , tiba-tiba seekor monyet hitam datang ke gubuk Purbasari itu . Dia membawa setandan pisang . Dari belakangnya , beberapa hewan memandang . " Apakah pisang untuk saya? " Tanya Purbasari . Monyet hitam mengangguk , seolah-olah ia mengerti apa yang dikatakan Purbasari . Purbasari mengambil pisang dengan senang hati. Dia juga mengucapkan terima kasih . Hewan-hewan lain yang mencari di juga tampak tersenyum . " Apakah Anda bersedia menjadi teman saya ? " Purbasari bertanya kepada mereka . Semua binatang mengangguk senang . Meskipun ia hidup sendirian di hutan , Purbasari tidak pernah kekurangan pasokan . Setiap hari , selalu ada hewan yang membawa buah-buahan dan ikan untuk makan .
Sebuah waktu yang lama berlalu sejak Purbasari dibuang ke hutan, tapi tubuhnya masih gatal . Di beberapa tempat , kulitnya bahkan ulserasi . Apa yang harus saya lakukan? " Purbasari mendesah . Monyet yang duduk di sampingnya tinggal diam, ada air mata di matanya . Dia berharap Purbasari akan tetap sabar dan kuat .
Suatu malam , pada bulan purnama , monyet mengambil Purbasari ke sebuah lembah . Ada sebuah kolam dengan mata air panas. Monyet tiba-tiba berbicara , " Air kolam ini akan menyembuhkan kulit Anda , " katanya . Purbasari terkejut , " Anda dapat berbicara ? Siapa kau ? " Tanyanya . " Kau akan tahu , pada waktunya , " kata monyet . Purbasari tidak mau memaksa monyet . Dia kemudian berjalan ke kolam . Dia mandi di sana. Setelah beberapa jam , Purbasari keluar dari kolam. Dia terkejut melihat wajahnya tercermin pada air kolam jernih . Wajahnya cantik lagi , dengan kulit halus dan bersih . Purbasari mengamati seluruh tubuhnya . Tidak ada jejak penyakit kulit apapun. " Saya sembuh ! Aku sembuh ! " Purbasari berteriak dalam sukacita . Dia cepat menawarkan berkat para dewa dan juga untuk monyet .
Kabar kondisi Purbasari dengan cepat menyebar ke kerajaan , menjengkelkan Purbararang . Dia kemudian disertai oleh Indrajaya pergi ke hutan untuk melihat Purbasari . Purbasari bertanya apakah dia akan diizinkan pulang ke rumah . Purbararang mengatakan dia akan membiarkan Purbasari kembali ke istana jika rambut Purbasari yang lebih panjang daripada miliknya . Purbararang kemudian membiarkan rambutnya turun . Itu begitu lama , hampir menyentuh tanah . Tapi ternyata bahwa rambut Purbasari adalah dua kali lebih panjang dari rambut Purbararang itu . " Baik-baik saja , sehingga rambut Anda lebih panjang dari saya . " Purbararang mengakui . " Tapi ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi, apakah Anda memiliki calon suami yang tampan dariku ? " Kata Purbararang sambil berjalan menuju Indrajaya . Purbasari merasa sengsara . Dia tidak memiliki calon suami belum. Jadi , tanpa banyak berpikir , ia menarik monyet hitam di sampingnya .
Purbararang dan Indrajaya meledak , tapi tawa mereka tidak berlangsung lama . Monyet bermeditasi dan tiba-tiba berubah menjadi seorang pemuda yang sangat tampan , jauh lebih tampan dari Indrajaya . " Saya seorang pangeran dari kerajaan yang jauh . Aku dikutuk menjadi kera karena kesalahan yang saya lakukan. Saya bisa mendapatkan kembali bentuk saya benar hanya jika ada seorang gadis yang bersedia untuk menjadi istriku , " kata pemuda itu . Akhirnya , Purbararang menyerah . Dia menerima Purbasari sebagai ratu , dan juga mengakui semua yang telah ia lakukan . " Maafkan saya . Tolong jangan menghukum saya, " kata Purbararang , meminta pengampunan . Alih-alih marah , Purbasari tersenyum . " Aku memaafkanmu , sis , " katanya . Segera setelah itu , Purbasari menjadi ratu . Di sampingnya adalah pangeran tampan , mantan monyet yang dikenal sebagai Lutung Kasarung .
Setelah diskusi , Purbararang kembali ke kamarnya . " Apakah ada sesuatu yang salah ? " Tanya Indrajaya . Indrajaya adalah suami Purbararang masa depan . " Aku marah ! Bapa memilih Purbasari sebagai penggantinya dan bukan aku! Aku harus melakukan sesuatu ! " Kata Purbararang . Gila karena kemarahannya , dia datang ke penyihir dan memintanya untuk mengirim ruam seluruh tubuh Purbasari itu . Sebelum tidur , Purbasari mulai merasa gatal di seluruh tubuhnya . Dia mencoba menerapkan bubuk tubuhnya , tapi itu tidak ada gunanya . Sebaliknya , gatal tumbuh bahkan lebih buruk . Dia tidak ingin menggaruknya , tapi dia tidak bisa menahannya . Pada keesokan paginya , ada goresan tanda seluruh tubuh Purbasari itu . " Apa yang terjadi padamu ? " Tanya Purbararang , berpura-pura menjadi khawatir . " Saya tidak tahu , sis . Tadi malam , tubuh saya tiba-tiba merasa sangat gatal . Aku menggaruk dan menggaruk , dan ini adalah apa yang terjadi , "jawab Purbasari . Purbararang menggeleng . " Anda harus melakukan sesuatu yang benar-benar mengerikan. Anda telah dihukum oleh para dewa ! " Hari itu , seluruh kerajaan itu tersinggung . " Apa yang telah Anda lakukan, Purbasari ? " Menuntut Prabu Tapa Agung . Purbasari menggeleng . " Aku tidak melakukan apa pun yang akan mengganggu para dewa , Bapa , " jawabnya . " Lalu bagaimana Anda bisa menjelaskan apa yang terjadi pada tubuh Anda? " Tanya Prabu Tapa Agung lagi . " Jika Anda tidak mengaku , aku akan mengusirmu ke hutan . " Purbasari menarik napas panjang . " Seperti saya katakan sebelumnya , saya tidak melakukan sesuatu yang salah . Dan aku lebih suka dilemparkan ke dalam hutan daripada mengakui perbuatan yang tidak saya lakukan . "
Setelah diskusi singkat dengan penasihat , Prabu Tapa Agung memerintahkan Purbasari untuk dipindahkan ke hutan . Purbasari sangat sedih , tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menentang perintah ayahnya . Dia ditemani ke hutan oleh seorang utusan . Ia membangun sebuah pondok sederhana untuk Purbasari . Setelah utusan kiri , tiba-tiba seekor monyet hitam datang ke gubuk Purbasari itu . Dia membawa setandan pisang . Dari belakangnya , beberapa hewan memandang . " Apakah pisang untuk saya? " Tanya Purbasari . Monyet hitam mengangguk , seolah-olah ia mengerti apa yang dikatakan Purbasari . Purbasari mengambil pisang dengan senang hati. Dia juga mengucapkan terima kasih . Hewan-hewan lain yang mencari di juga tampak tersenyum . " Apakah Anda bersedia menjadi teman saya ? " Purbasari bertanya kepada mereka . Semua binatang mengangguk senang . Meskipun ia hidup sendirian di hutan , Purbasari tidak pernah kekurangan pasokan . Setiap hari , selalu ada hewan yang membawa buah-buahan dan ikan untuk makan .
Sebuah waktu yang lama berlalu sejak Purbasari dibuang ke hutan, tapi tubuhnya masih gatal . Di beberapa tempat , kulitnya bahkan ulserasi . Apa yang harus saya lakukan? " Purbasari mendesah . Monyet yang duduk di sampingnya tinggal diam, ada air mata di matanya . Dia berharap Purbasari akan tetap sabar dan kuat .
Suatu malam , pada bulan purnama , monyet mengambil Purbasari ke sebuah lembah . Ada sebuah kolam dengan mata air panas. Monyet tiba-tiba berbicara , " Air kolam ini akan menyembuhkan kulit Anda , " katanya . Purbasari terkejut , " Anda dapat berbicara ? Siapa kau ? " Tanyanya . " Kau akan tahu , pada waktunya , " kata monyet . Purbasari tidak mau memaksa monyet . Dia kemudian berjalan ke kolam . Dia mandi di sana. Setelah beberapa jam , Purbasari keluar dari kolam. Dia terkejut melihat wajahnya tercermin pada air kolam jernih . Wajahnya cantik lagi , dengan kulit halus dan bersih . Purbasari mengamati seluruh tubuhnya . Tidak ada jejak penyakit kulit apapun. " Saya sembuh ! Aku sembuh ! " Purbasari berteriak dalam sukacita . Dia cepat menawarkan berkat para dewa dan juga untuk monyet .
Kabar kondisi Purbasari dengan cepat menyebar ke kerajaan , menjengkelkan Purbararang . Dia kemudian disertai oleh Indrajaya pergi ke hutan untuk melihat Purbasari . Purbasari bertanya apakah dia akan diizinkan pulang ke rumah . Purbararang mengatakan dia akan membiarkan Purbasari kembali ke istana jika rambut Purbasari yang lebih panjang daripada miliknya . Purbararang kemudian membiarkan rambutnya turun . Itu begitu lama , hampir menyentuh tanah . Tapi ternyata bahwa rambut Purbasari adalah dua kali lebih panjang dari rambut Purbararang itu . " Baik-baik saja , sehingga rambut Anda lebih panjang dari saya . " Purbararang mengakui . " Tapi ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi, apakah Anda memiliki calon suami yang tampan dariku ? " Kata Purbararang sambil berjalan menuju Indrajaya . Purbasari merasa sengsara . Dia tidak memiliki calon suami belum. Jadi , tanpa banyak berpikir , ia menarik monyet hitam di sampingnya .
Purbararang dan Indrajaya meledak , tapi tawa mereka tidak berlangsung lama . Monyet bermeditasi dan tiba-tiba berubah menjadi seorang pemuda yang sangat tampan , jauh lebih tampan dari Indrajaya . " Saya seorang pangeran dari kerajaan yang jauh . Aku dikutuk menjadi kera karena kesalahan yang saya lakukan. Saya bisa mendapatkan kembali bentuk saya benar hanya jika ada seorang gadis yang bersedia untuk menjadi istriku , " kata pemuda itu . Akhirnya , Purbararang menyerah . Dia menerima Purbasari sebagai ratu , dan juga mengakui semua yang telah ia lakukan . " Maafkan saya . Tolong jangan menghukum saya, " kata Purbararang , meminta pengampunan . Alih-alih marah , Purbasari tersenyum . " Aku memaafkanmu , sis , " katanya . Segera setelah itu , Purbasari menjadi ratu . Di sampingnya adalah pangeran tampan , mantan monyet yang dikenal sebagai Lutung Kasarung .
CERITA 10
Cindelaras
Cerita
rakyat from East Java
Raden Putra
was the king of Jenggala kingdom. He had a beautiful queen and concubine.
Unlike the queen, the concubine had bad personalities. She was envious and
jealous with the queen, so she planned to make the queen leave the palace. The
concubine then asked the royal healer to help her in her plan. One day, the
concubine pretended to be ill. Raden Putra called the royal healer to give the
concubine treatments. “What is her disease?” Raden Putra asked the royal
healer. “I’m very sorry, My Majesty. She is sick because the queen put poison
in her meal,” the royal healer lied.
Raden Putra was shock and angry to hear the explanation. He called the queen and asked her if the story was true. Of course the queen denied, but Raden Putra won’t listen. “Please Your Majesty, have mercy. I really didn’t do anything,” cried the queen in her tears. Raden Putra’s anger ended in a decision. The queen should be banished to the woods and terminated. He did not know that the queen was already pregnant. Raden Putra commanded one of his general to do the punishment. The queen was banished to the woods, but the wise general didn’t have the heart to kill her. He built a simple house in the woods for her. On his way back to the palace, he smeared his sword with rabbit blood, so Raden Putra would believe that he had killed the queen.
After the general left, the queen lived by herself in the woods. Several months later, she gave birth to a healthy baby boy. The baby was named Cindelaras. He grew up as a nice, healthy, and handsome boy. One day, while Cindelaras helped her mother to collect some fire woods, an eagle dropped an egg. Cindelaras brought the egg to be brooded by a chicken behind their house. The egg hatched into a chick and then it slowly became a strong rooster. The rooster is no ordinary rooster. The rooster could sing. Every morning, the rooster woke Cindelaras up with its beautiful song, “My master is Cindelaras. His house is in the woods. He’s the son of Raden Putra.” The rooster often sang that song.
Cindelaras always woke up early in the morning and listen happily to his rooster’s song. He didn’t realize the meaning of the song until one day, he started to think. “Who is Raden Putra?” he asked his mother. The queen then told him the whole story. She also told him why they were banned from the kingdom and lived in the woods. Cindelaras was very surprised. He decided to go to the palace to meet the king, his father. Cindelaras asked her mother’s permission to go to the kingdom and to tell the king what really happened. He also brought his rooster that grew bigger and stronger each day.
On his way, Cindelaras stopped at a village. There, he met some people who were involved in cockfighting. They challenge him to see how strong his rooster was. “If your rooster wins, you’ll get a reward,” said the man who challenged him. Cindelaras accepted the challenge. In a few minutes, his rooster defeated the opponent’s rooster. He was challenged again by other man, and one more time, his rooster won. He won again and again.
The news about Cindelaras’ rooster quickly spread to the whole Jenggala kingdom and made Raden Putra curious. So, he invited Cindelaras to the palace. “What is your name, boy?” Raden Putra asked as Cindelaras arrived in the palace. “My name is Cindelaras, Your Majesty,” Cindelaras answered. He felt both thrilled and happy to see Raden Putra.
Raden Putra challenged Cindelaras with one condition. If Raden Putra’s rooster won, Cindelaras’ head would be cut off. But if Cindelaras’ rooster won, Raden Putra would share half of his wealth. Cindelaras accepted the condition. The competition was held in the front yard of the palace. The two roosters fought bravely. But in just a few minutes, Cindelaras’ rooster won the fight! Raden Putra shook his head and stared at Cindelaras from his seat, “That rooster is no ordinary rooster, and the boy is not an ordinaty boy either. Who is he exactly?” he thought. Raden Putra was about to asked when suddenly Cindelaras’ rooster sang the song, “My master is Cindelaras. His house is in the woods. He’s the son of Raden Putra.”
Raden Putra was surprised. “Is it true?” he asked. “Yes, My Majesty. My name is Cindelaras and my mother was the queen,” said Cindelaras. Raden putra called the general who had banished the queen. The general then confessed that he never killed the queen. Later, the royal healer also admitted his mistake. Raden Putra was so shocked. He immediately went to the woods to pick up the queen. Ever since, Cindelaras and his parents lived happily together. As for the concubine, she was sent to the jail as punishment.
Raden Putra was shock and angry to hear the explanation. He called the queen and asked her if the story was true. Of course the queen denied, but Raden Putra won’t listen. “Please Your Majesty, have mercy. I really didn’t do anything,” cried the queen in her tears. Raden Putra’s anger ended in a decision. The queen should be banished to the woods and terminated. He did not know that the queen was already pregnant. Raden Putra commanded one of his general to do the punishment. The queen was banished to the woods, but the wise general didn’t have the heart to kill her. He built a simple house in the woods for her. On his way back to the palace, he smeared his sword with rabbit blood, so Raden Putra would believe that he had killed the queen.
After the general left, the queen lived by herself in the woods. Several months later, she gave birth to a healthy baby boy. The baby was named Cindelaras. He grew up as a nice, healthy, and handsome boy. One day, while Cindelaras helped her mother to collect some fire woods, an eagle dropped an egg. Cindelaras brought the egg to be brooded by a chicken behind their house. The egg hatched into a chick and then it slowly became a strong rooster. The rooster is no ordinary rooster. The rooster could sing. Every morning, the rooster woke Cindelaras up with its beautiful song, “My master is Cindelaras. His house is in the woods. He’s the son of Raden Putra.” The rooster often sang that song.
Cindelaras always woke up early in the morning and listen happily to his rooster’s song. He didn’t realize the meaning of the song until one day, he started to think. “Who is Raden Putra?” he asked his mother. The queen then told him the whole story. She also told him why they were banned from the kingdom and lived in the woods. Cindelaras was very surprised. He decided to go to the palace to meet the king, his father. Cindelaras asked her mother’s permission to go to the kingdom and to tell the king what really happened. He also brought his rooster that grew bigger and stronger each day.
On his way, Cindelaras stopped at a village. There, he met some people who were involved in cockfighting. They challenge him to see how strong his rooster was. “If your rooster wins, you’ll get a reward,” said the man who challenged him. Cindelaras accepted the challenge. In a few minutes, his rooster defeated the opponent’s rooster. He was challenged again by other man, and one more time, his rooster won. He won again and again.
The news about Cindelaras’ rooster quickly spread to the whole Jenggala kingdom and made Raden Putra curious. So, he invited Cindelaras to the palace. “What is your name, boy?” Raden Putra asked as Cindelaras arrived in the palace. “My name is Cindelaras, Your Majesty,” Cindelaras answered. He felt both thrilled and happy to see Raden Putra.
Raden Putra challenged Cindelaras with one condition. If Raden Putra’s rooster won, Cindelaras’ head would be cut off. But if Cindelaras’ rooster won, Raden Putra would share half of his wealth. Cindelaras accepted the condition. The competition was held in the front yard of the palace. The two roosters fought bravely. But in just a few minutes, Cindelaras’ rooster won the fight! Raden Putra shook his head and stared at Cindelaras from his seat, “That rooster is no ordinary rooster, and the boy is not an ordinaty boy either. Who is he exactly?” he thought. Raden Putra was about to asked when suddenly Cindelaras’ rooster sang the song, “My master is Cindelaras. His house is in the woods. He’s the son of Raden Putra.”
Raden Putra was surprised. “Is it true?” he asked. “Yes, My Majesty. My name is Cindelaras and my mother was the queen,” said Cindelaras. Raden putra called the general who had banished the queen. The general then confessed that he never killed the queen. Later, the royal healer also admitted his mistake. Raden Putra was so shocked. He immediately went to the woods to pick up the queen. Ever since, Cindelaras and his parents lived happily together. As for the concubine, she was sent to the jail as punishment.
Terjemahan
:
Cindelaras
Cerita rakyat dari Jawa Timur
Cerita rakyat dari Jawa Timur
Raden
Putra adalah raja dari kerajaan Jenggala . Dia memiliki seorang ratu yang
cantik dan selir . Tidak seperti ratu , selir memiliki kepribadian buruk . Dia
iri dan cemburu dengan ratu , jadi dia berencana untuk membuat ratu
meninggalkan istana . Selir kemudian meminta penyembuh kerajaan untuk
membantunya dalam rencananya . Suatu hari , selir pura-pura sakit . Raden Putra disebut penyembuh
kerajaan untuk memberikan perawatan selir . " Apakah penyakit itu ? " Raden Putra meminta
penyembuh kerajaan . " Saya sangat menyesal , Yang Mulia saya . Dia sakit
karena ratu menaruh racun dalam makan nya , " penyembuh kerajaan berbohong
.
Raden Putra syok dan marah mendengar penjelasan . Dia disebut ratu dan bertanya apakah cerita itu benar . Tentu saja Ratu membantah , tapi Raden Putra tidak akan mendengarkan . " Tolong Yang Mulia , kasihanilah . Aku benar-benar tidak melakukan apa-apa , "teriak ratu dalam air matanya . Kemarahan Raden Putra berakhir dengan keputusan. Ratu harus dibuang ke hutan dan dihentikan . Dia tidak tahu bahwa ratu sudah hamil . Raden Putra memerintahkan salah satu jenderalnya untuk melakukan hukuman . Ratu dibuang ke hutan, tapi umum bijaksana tidak tega membunuhnya . Dia membangun sebuah rumah sederhana di hutan untuknya . Dalam perjalanan kembali ke istana , ia mengoleskan pedangnya dengan darah kelinci , sehingga Raden Putra akan percaya bahwa ia telah membunuh ratu .
Setelah kiri umum , ratu tinggal sendirian di hutan . Beberapa bulan kemudian , ia melahirkan bayi laki-laki yang sehat . Bayi itu diberi nama Cindelaras . Ia dibesarkan sebagai baik , sehat , dan tampan anak laki-laki . Suatu hari , sementara Cindelaras membantu ibunya untuk mengumpulkan beberapa kebakaran hutan , seekor elang menjatuhkan telur . Cindelaras membawa telur untuk merenung oleh ayam di belakang rumah mereka . Telur menetas menjadi ayam dan kemudian perlahan-lahan menjadi ayam jantan yang kuat . Ayam ada ayam biasa . Ayam bisa menyanyi . Setiap pagi , ayam Cindelaras terbangun dengan lagu yang indah , " Tuanku adalah Cindelaras . Rumahnya adalah di hutan . Dia adalah putra dari Raden Putra . " Ayam sering menyanyikan lagu itu .
Cindelaras selalu bangun pagi-pagi dan mendengarkan dengan senang hati lagu ayam nya . Dia tidak menyadari makna dari lagu hingga suatu hari , ia mulai berpikir . " Siapa Raden Putra ? " Ia bertanya kepada ibunya . Ratu kemudian menceritakan seluruh cerita . Dia juga mengatakan kepadanya mengapa mereka dilarang dari kerajaan dan tinggal di hutan . Cindelaras sangat terkejut . Dia memutuskan untuk pergi ke istana untuk bertemu raja , ayahnya . Cindelaras meminta izin ibunya untuk pergi ke kerajaan dan memberitahu raja apa yang sebenarnya terjadi . Dia juga membawa ayam jantan nya yang tumbuh lebih besar dan kuat setiap hari .
Dalam perjalanannya , Cindelaras berhenti di sebuah desa . Di sana, ia bertemu dengan beberapa orang yang terlibat dalam adu ayam . Mereka menantang dia untuk melihat seberapa kuat nya ayam jantan . " Jika menang ayam Anda , Anda akan mendapatkan hadiah , " kata pria yang menantangnya . Cindelaras menerima tantangan itu . Dalam beberapa menit , ayam jantan nya mengalahkan ayam lawan . Dia ditantang lagi oleh pria lain, dan sekali lagi , ayam nya menang. Dia menang lagi dan lagi .
Berita tentang ayam Cindelaras ' dengan cepat menyebar ke seluruh kerajaan Jenggala dan membuat Raden Putra penasaran . Jadi , ia mengundang Cindelaras ke istana . " Siapa namamu , anak laki-laki ? " Tanya Raden Putra sebagai Cindelaras tiba di istana . " Nama saya Cindelaras , Yang Mulia , " jawab Cindelaras . Dia merasa baik senang dan senang melihat Raden Putra .
Raden Putra menantang Cindelaras dengan satu syarat . Jika ayam Raden Putra memenangkan , kepala Cindelaras ' akan dipotong . Tetapi jika ayam Cindelaras ' menang , Raden Putra akan berbagi setengah dari kekayaannya . Cindelaras menerima kondisi tersebut . Kompetisi ini diadakan di halaman depan istana . Kedua ayam jantan bertempur dengan gagah berani . Tapi hanya dalam beberapa menit , ayam Cindelaras ' memenangkan pertarungan! Raden Putra menggeleng dan menatap Cindelaras dari tempat duduknya , " ayam jantan Itu bukan ayam biasa , dan anak itu bukan anak ordinaty baik . Siapa dia sebenarnya ? " Pikirnya. Raden Putra hendak bertanya ketika tiba-tiba ayam Cindelaras ' menyanyikan lagu , " Tuanku adalah Cindelaras . Rumahnya adalah di hutan . Dia adalah putra dari Raden Putra . "
Raden Putra terkejut . " Apakah itu benar? " Tanyanya . " Ya , saya Yang Mulia . Nama saya Cindelaras dan ibu saya adalah ratu , " kata Cindelaras . Raden putra disebut jenderal yang telah dibuang ratu . Jenderal itu kemudian mengaku bahwa ia tidak pernah membunuh ratu . Kemudian , penyembuh kerajaan juga mengakui kesalahannya . Raden Putra sangat terkejut . Dia segera pergi ke hutan untuk mengambil ratu . Sejak saat itu, Cindelaras dan orang tuanya hidup bahagia bersama-sama . Adapun selir , ia dikirim ke penjara sebagai hukuman .
Raden Putra syok dan marah mendengar penjelasan . Dia disebut ratu dan bertanya apakah cerita itu benar . Tentu saja Ratu membantah , tapi Raden Putra tidak akan mendengarkan . " Tolong Yang Mulia , kasihanilah . Aku benar-benar tidak melakukan apa-apa , "teriak ratu dalam air matanya . Kemarahan Raden Putra berakhir dengan keputusan. Ratu harus dibuang ke hutan dan dihentikan . Dia tidak tahu bahwa ratu sudah hamil . Raden Putra memerintahkan salah satu jenderalnya untuk melakukan hukuman . Ratu dibuang ke hutan, tapi umum bijaksana tidak tega membunuhnya . Dia membangun sebuah rumah sederhana di hutan untuknya . Dalam perjalanan kembali ke istana , ia mengoleskan pedangnya dengan darah kelinci , sehingga Raden Putra akan percaya bahwa ia telah membunuh ratu .
Setelah kiri umum , ratu tinggal sendirian di hutan . Beberapa bulan kemudian , ia melahirkan bayi laki-laki yang sehat . Bayi itu diberi nama Cindelaras . Ia dibesarkan sebagai baik , sehat , dan tampan anak laki-laki . Suatu hari , sementara Cindelaras membantu ibunya untuk mengumpulkan beberapa kebakaran hutan , seekor elang menjatuhkan telur . Cindelaras membawa telur untuk merenung oleh ayam di belakang rumah mereka . Telur menetas menjadi ayam dan kemudian perlahan-lahan menjadi ayam jantan yang kuat . Ayam ada ayam biasa . Ayam bisa menyanyi . Setiap pagi , ayam Cindelaras terbangun dengan lagu yang indah , " Tuanku adalah Cindelaras . Rumahnya adalah di hutan . Dia adalah putra dari Raden Putra . " Ayam sering menyanyikan lagu itu .
Cindelaras selalu bangun pagi-pagi dan mendengarkan dengan senang hati lagu ayam nya . Dia tidak menyadari makna dari lagu hingga suatu hari , ia mulai berpikir . " Siapa Raden Putra ? " Ia bertanya kepada ibunya . Ratu kemudian menceritakan seluruh cerita . Dia juga mengatakan kepadanya mengapa mereka dilarang dari kerajaan dan tinggal di hutan . Cindelaras sangat terkejut . Dia memutuskan untuk pergi ke istana untuk bertemu raja , ayahnya . Cindelaras meminta izin ibunya untuk pergi ke kerajaan dan memberitahu raja apa yang sebenarnya terjadi . Dia juga membawa ayam jantan nya yang tumbuh lebih besar dan kuat setiap hari .
Dalam perjalanannya , Cindelaras berhenti di sebuah desa . Di sana, ia bertemu dengan beberapa orang yang terlibat dalam adu ayam . Mereka menantang dia untuk melihat seberapa kuat nya ayam jantan . " Jika menang ayam Anda , Anda akan mendapatkan hadiah , " kata pria yang menantangnya . Cindelaras menerima tantangan itu . Dalam beberapa menit , ayam jantan nya mengalahkan ayam lawan . Dia ditantang lagi oleh pria lain, dan sekali lagi , ayam nya menang. Dia menang lagi dan lagi .
Berita tentang ayam Cindelaras ' dengan cepat menyebar ke seluruh kerajaan Jenggala dan membuat Raden Putra penasaran . Jadi , ia mengundang Cindelaras ke istana . " Siapa namamu , anak laki-laki ? " Tanya Raden Putra sebagai Cindelaras tiba di istana . " Nama saya Cindelaras , Yang Mulia , " jawab Cindelaras . Dia merasa baik senang dan senang melihat Raden Putra .
Raden Putra menantang Cindelaras dengan satu syarat . Jika ayam Raden Putra memenangkan , kepala Cindelaras ' akan dipotong . Tetapi jika ayam Cindelaras ' menang , Raden Putra akan berbagi setengah dari kekayaannya . Cindelaras menerima kondisi tersebut . Kompetisi ini diadakan di halaman depan istana . Kedua ayam jantan bertempur dengan gagah berani . Tapi hanya dalam beberapa menit , ayam Cindelaras ' memenangkan pertarungan! Raden Putra menggeleng dan menatap Cindelaras dari tempat duduknya , " ayam jantan Itu bukan ayam biasa , dan anak itu bukan anak ordinaty baik . Siapa dia sebenarnya ? " Pikirnya. Raden Putra hendak bertanya ketika tiba-tiba ayam Cindelaras ' menyanyikan lagu , " Tuanku adalah Cindelaras . Rumahnya adalah di hutan . Dia adalah putra dari Raden Putra . "
Raden Putra terkejut . " Apakah itu benar? " Tanyanya . " Ya , saya Yang Mulia . Nama saya Cindelaras dan ibu saya adalah ratu , " kata Cindelaras . Raden putra disebut jenderal yang telah dibuang ratu . Jenderal itu kemudian mengaku bahwa ia tidak pernah membunuh ratu . Kemudian , penyembuh kerajaan juga mengakui kesalahannya . Raden Putra sangat terkejut . Dia segera pergi ke hutan untuk mengambil ratu . Sejak saat itu, Cindelaras dan orang tuanya hidup bahagia bersama-sama . Adapun selir , ia dikirim ke penjara sebagai hukuman .
CERITA 11
Timun
Mas
Long time
ago in the island of Java, Indonesia, lived a couple of farmer. They had
married for some years but they had no children. So they prayed to a
monster called Buta Ijo to give them children. Buta Ijo was a ferocious
and powerful monster. He granted their wish on one condition. When
their children had grown up, they had to sacrifice them to Buta Ijo. He
liked eating fresh meat of human being. The farmers agreed to his
condition. Several months later the wife was pregnant.
She gave birth to a beautiful baby girl. They named her Timun Emas. The farmers were happy. Timun Emas was very healthy and a very smart girl. She was also very diligent. When she was a teenager Buta Ijo came to their house. Timun Emas was frightened so she ran away to hide. The farmers then told Buta Ijo that Timun Emas was still a child. They asked him to postpone. Buta Ijo agreed. He promised to come again. The following year Buta Ijo came again. But again and again their parents said that Timun Emas was still a child.
When the third time Buta Ijo came their parents had prepared something for him. They gave Timun Emas several bamboo needles, seeds of cucumber, dressing and salt.
‘Timun, take these things’
‘What are these things?’
‘These are your weapons. Buta Ijo will chase you. He will eat you alive. So run as fast as you can. And if he will catch you spread this to the ground. Now go!’
Timun Emas was scared so she ran as quickly as she could. When Buta Ijo arrived she was far from home. He was very angry when he realized that his prey had left. So he ran to chase her. He had a sharp nose so he knew what direction his prey ran.
Timun Emas was just a girl while Buta Ijo was a monster so he could easily catch her up. When he was just several steps behind Timun Emas quickly spread the seeds of cucumber. In seconds they turned into many vines of cucumber. The exhausted Buta Ijo was very thirsty so he grabbed and ate them. When Buta Ijo was busy eating cucumber Timun Emas could run away.
But soon Buta Ijo realized and started running again. When he was just several steps behind Timun Emas threw her bamboo needles. Soon they turned into dense bamboo trees. Buta Ijo found it hard to pass. It took him some time to break the dense bamboo forest. Meanwhile Timun Emas could run farther.
Buta Ijo chased her again. When he almost catch her again and again Timun Emas threw her dressing. This time it turned into a lake. Buta Ijo was busy to save himself so Timun Emas ran way. But Buta Ijo could overcome it and continued chasing her.
Finally when Timun Emas was almost caught she threw her salt. Soon the land where Buta Ijo stood turned into ocean. Buta Ijo was drowned and died instantly.
Timun Emas was thankful to god and came back to her home.
She gave birth to a beautiful baby girl. They named her Timun Emas. The farmers were happy. Timun Emas was very healthy and a very smart girl. She was also very diligent. When she was a teenager Buta Ijo came to their house. Timun Emas was frightened so she ran away to hide. The farmers then told Buta Ijo that Timun Emas was still a child. They asked him to postpone. Buta Ijo agreed. He promised to come again. The following year Buta Ijo came again. But again and again their parents said that Timun Emas was still a child.
When the third time Buta Ijo came their parents had prepared something for him. They gave Timun Emas several bamboo needles, seeds of cucumber, dressing and salt.
‘Timun, take these things’
‘What are these things?’
‘These are your weapons. Buta Ijo will chase you. He will eat you alive. So run as fast as you can. And if he will catch you spread this to the ground. Now go!’
Timun Emas was scared so she ran as quickly as she could. When Buta Ijo arrived she was far from home. He was very angry when he realized that his prey had left. So he ran to chase her. He had a sharp nose so he knew what direction his prey ran.
Timun Emas was just a girl while Buta Ijo was a monster so he could easily catch her up. When he was just several steps behind Timun Emas quickly spread the seeds of cucumber. In seconds they turned into many vines of cucumber. The exhausted Buta Ijo was very thirsty so he grabbed and ate them. When Buta Ijo was busy eating cucumber Timun Emas could run away.
But soon Buta Ijo realized and started running again. When he was just several steps behind Timun Emas threw her bamboo needles. Soon they turned into dense bamboo trees. Buta Ijo found it hard to pass. It took him some time to break the dense bamboo forest. Meanwhile Timun Emas could run farther.
Buta Ijo chased her again. When he almost catch her again and again Timun Emas threw her dressing. This time it turned into a lake. Buta Ijo was busy to save himself so Timun Emas ran way. But Buta Ijo could overcome it and continued chasing her.
Finally when Timun Emas was almost caught she threw her salt. Soon the land where Buta Ijo stood turned into ocean. Buta Ijo was drowned and died instantly.
Timun Emas was thankful to god and came back to her home.
Terjemahan
:
Timun
Mas
Lama waktu yang lalu di pulau Jawa , Indonesia , tinggal beberapa petani . Mereka telah menikah selama beberapa tahun , tetapi mereka tidak punya anak . Jadi mereka berdoa kepada rakasa yang disebut Buta Ijo untuk memberi mereka anak-anak . Buta Ijo adalah rakasa ganas dan kuat . Dia mengabulkan permintaan mereka dengan satu syarat . Ketika anak-anak mereka telah dewasa, mereka harus mengorbankan mereka untuk Buta Ijo . Dia suka makan daging segar manusia . Para petani setuju untuk kondisinya . Beberapa bulan kemudian istri sedang hamil .
Dia melahirkan seorang bayi perempuan cantik . Mereka menamai dia Timun Emas . Para petani senang . Timun Emas sangat sehat dan seorang gadis yang sangat cerdas . Dia juga sangat rajin . Ketika ia masih remaja Buta Ijo datang ke rumah mereka . Timun Emas ketakutan sehingga dia melarikan diri untuk bersembunyi . Para petani kemudian mengatakan Buta Ijo bahwa Timun Emas masih anak-anak. Mereka memintanya untuk menunda . Buta Ijo setuju . Dia berjanji untuk datang lagi . Tahun berikutnya Buta Ijo datang lagi. Tapi lagi dan lagi orang tua mereka mengatakan bahwa Timun Emas masih anak-anak.
Ketika ketiga kalinya Buta Ijo datang orang tua mereka telah mempersiapkan sesuatu untuknya . Mereka memberi Timun Emas beberapa jarum bambu , biji mentimun , saus dan garam .
' Timun , mengambil hal-hal ini '
' Apa ini ? '
' Ini adalah senjata Anda . Buta Ijo akan mengejar Anda . Dia akan makan Anda hidup . Jadi berlari secepat Anda bisa. Dan jika ia akan menangkap Anda menyebarkan ini ke tanah . Sekarang pergi! '
Timun Emas takut sehingga ia berlari secepat yang dia bisa . Ketika Buta Ijo tiba ia jauh dari rumah . Dia sangat marah ketika ia menyadari bahwa mangsanya telah meninggalkan . Jadi dia berlari mengejarnya . Dia memiliki hidung yang tajam sehingga ia tahu apa arah berlari mangsanya .
Timun Emas hanya seorang gadis sementara Buta Ijo adalah rakasa sehingga ia bisa dengan mudah menangkapnya up . Ketika ia hanya beberapa langkah di belakang Timun Emas cepat menyebar benih-benih mentimun . Dalam hitungan detik mereka berubah menjadi banyak tanaman merambat mentimun . The kelelahan Buta Ijo sangat haus sehingga ia meraih dan makan mereka . Ketika Buta Ijo sedang sibuk makan mentimun Timun Emas bisa melarikan diri .
Tapi segera Buta Ijo menyadari dan mulai berlari lagi . Ketika ia hanya beberapa langkah di belakang Timun Emas melemparkan jarum bambu nya . Tak lama kemudian mereka berubah menjadi pohon bambu lebat . Buta Ijo merasa sulit untuk lulus . Ini membawanya beberapa waktu untuk memecahkan hutan bambu lebat . Sementara itu Timun Emas bisa berlari lebih jauh .
Buta Ijo mengejarnya lagi . Ketika ia hampir menangkapnya lagi dan lagi Timun Emas melemparkan riasnya . Kali ini berubah menjadi danau . Buta Ijo sedang sibuk menyelamatkan diri sehingga Timun Emas berlari jalan . Tapi Buta Ijo bisa mengatasinya dan terus mengejarnya .
Akhirnya ketika Timun Emas hampir tertangkap ia melemparkan garam itu . Segera tanah tempat Buta Ijo berdiri berubah menjadi laut . Buta Ijo itu tenggelam dan tewas seketika .
Timun Emas bersyukur kepada Tuhan dan kembali ke rumahnya .
CERITA 12
Roro
Jonggrang
Long time
ago, there was a kingdom named Prambanan. All the people of Prambanan lived
peacefully. But then, Prambanan kingdom was attacked and occupied by the
Pengging kingdom. Prambanan then was ruled by Bandung Bondowoso of Pengging
kingdom. He was a mean king. He also had great supernatural power. His soldiers
were not only humans, but also genies.
The king of Prambanan had a beautiful daughter named Loro Jonggrang. Bandung Bondowoso fell in love with her and wanted to marry her. “You’re very beautiful. Would you be my queen?” asked Bandung Bondowoso. Loro Jonggrang was shocked. She didn’t like Bandung Bondowoso because he was a mean person. She wanted to refuse, but she afraid that Bandung Bondowoso would be angry and endangered the people of Prambanan. Then, she came up with a plan. “If you want to marry me, you have to build a thousand temples for me in just one night,” said Loro Jonggrang. “What? That’s impossible!” said Bandung Bondowoso. But he did not give up. He consulted with his advisor. “Your Majesty can asked the genies to help built the temples,” said the advisor.
So, Bandung Bondowoso summoned his entire genies soldier and commanded them to help him built a thousand temples. The genies worked in unbelievable speed. Meanwhile, Loro Jonggrang heard from her servant that the building of a thousand temples was almost finished. She was so worried. But again, she came up with a great idea. She asked all of her servants to help her. “Please prepare a lot of straw and mortar. Please hurry up!” said Loro Jonggrang. “Burn the straw and make some noise pounding the mortar, quickly.” All those servants did what Loro Jonggrang ordered them; burning straw and pounding the mortar, making the genies think that the sun is going to rise.
“It’s already dawn. We have to go,” said the leader of the genies to Bandung Bondowoso. All the genies immediately stopped their work and ran for cover from the sun, which they afraid of. They didn’t know that the light was from the fire that burning the straw, not from the sun.
Bandung Bondowoso can’t stop the genies from leaving. He was angry. He knew Loro Jonggrang had just tricked him. “You cannot fool me, Loro Jonggrang. I already have 999 temples. I just need one more temple. Now, I will make you the one-thousandth temple.” He pointed his finger to Loro Jonggrang and said some mantras. Magically, Loro Jonggrang’s body turned into stone. Until now, the temple is still standing in Prambanan area, Central Java. And the temple is called Loro Jonggrang temple.
The king of Prambanan had a beautiful daughter named Loro Jonggrang. Bandung Bondowoso fell in love with her and wanted to marry her. “You’re very beautiful. Would you be my queen?” asked Bandung Bondowoso. Loro Jonggrang was shocked. She didn’t like Bandung Bondowoso because he was a mean person. She wanted to refuse, but she afraid that Bandung Bondowoso would be angry and endangered the people of Prambanan. Then, she came up with a plan. “If you want to marry me, you have to build a thousand temples for me in just one night,” said Loro Jonggrang. “What? That’s impossible!” said Bandung Bondowoso. But he did not give up. He consulted with his advisor. “Your Majesty can asked the genies to help built the temples,” said the advisor.
So, Bandung Bondowoso summoned his entire genies soldier and commanded them to help him built a thousand temples. The genies worked in unbelievable speed. Meanwhile, Loro Jonggrang heard from her servant that the building of a thousand temples was almost finished. She was so worried. But again, she came up with a great idea. She asked all of her servants to help her. “Please prepare a lot of straw and mortar. Please hurry up!” said Loro Jonggrang. “Burn the straw and make some noise pounding the mortar, quickly.” All those servants did what Loro Jonggrang ordered them; burning straw and pounding the mortar, making the genies think that the sun is going to rise.
“It’s already dawn. We have to go,” said the leader of the genies to Bandung Bondowoso. All the genies immediately stopped their work and ran for cover from the sun, which they afraid of. They didn’t know that the light was from the fire that burning the straw, not from the sun.
Bandung Bondowoso can’t stop the genies from leaving. He was angry. He knew Loro Jonggrang had just tricked him. “You cannot fool me, Loro Jonggrang. I already have 999 temples. I just need one more temple. Now, I will make you the one-thousandth temple.” He pointed his finger to Loro Jonggrang and said some mantras. Magically, Loro Jonggrang’s body turned into stone. Until now, the temple is still standing in Prambanan area, Central Java. And the temple is called Loro Jonggrang temple.
Terjemahan
:
Roro
Jonggrang
Lama waktu yang lalu , ada sebuah kerajaan bernama Prambanan . Semua orang dari Prambanan hidup damai . Tapi kemudian , Kerajaan Prambanan diserang dan diduduki oleh kerajaan Pengging . Prambanan kemudian diperintah oleh Bandung Bondowoso Pengging kerajaan . Dia adalah raja berarti . Dia juga memiliki kekuatan gaib yang besar . Tentara -Nya tidak hanya manusia , tetapi juga jin .
Raja Prambanan memiliki seorang putri cantik bernama Loro Jonggrang . Bandung Bondowoso jatuh cinta padanya dan ingin menikahinya . " Kau sangat cantik . Apakah Anda menjadi ratu saya? " Tanya Bandung Bondowoso . Loro Jonggrang terkejut . Dia tidak suka Bandung Bondowoso karena dia orang yang berarti . Dia ingin menolak , tapi dia takut bahwa Bandung Bondowoso akan marah dan membahayakan orang-orang Prambanan . Kemudian , dia datang dengan rencana. " Jika Anda ingin menikah , Anda harus membangun seribu candi untuk saya hanya dalam satu malam , " kata Loro Jonggrang . " Apa? Itu tidak mungkin! " Kata Bandung Bondowoso . Tapi dia tidak menyerah . Dia berkonsultasi dengan penasihat . " Yang Mulia bisa meminta jin untuk membantu membangun kuil , " kata penasehat .
Jadi , Bandung Bondowoso memanggil jin seluruh prajurit dan memerintahkan mereka untuk membantunya membangun seribu candi . Para jin bekerja dalam kecepatan yang luar biasa . Sementara itu, Loro Jonggrang mendengar dari pelayannya bahwa pembangunan seribu candi itu hampir selesai . Dia sangat khawatir . Tetapi sekali lagi, dia datang dengan ide bagus . Dia meminta semua pelayannya untuk membantunya . " Silahkan persiapkan banyak jerami dan mortir . Tolong cepat sedikit ! " Kata Loro Jonggrang . " Membakar jerami dan membuat beberapa kebisingan berdebar mortir , dengan cepat . " Semua hamba-hamba itu melakukan apa Loro Jonggrang memerintahkan mereka , membakar jerami dan menumbuk lesung , membuat jin berpikir bahwa matahari akan meningkat .
" Ini sudah fajar . Kita harus pergi , " kata pemimpin jin ke Bandung Bondowoso . Semua jin segera menghentikan pekerjaan mereka dan berlari untuk berlindung dari matahari , yang mereka takut . Mereka tidak tahu bahwa terang itu dari api yang membakar jerami , bukan dari matahari .
Bandung Bondowoso tidak dapat menghentikan jin meninggalkan . Dia marah . Dia tahu Loro Jonggrang baru saja menipunya . " Anda tidak bisa membodohi saya , Loro Jonggrang . Saya sudah memiliki 999 candi . Aku hanya perlu satu kuil lagi. Sekarang, saya akan membuat Anda candi satu per seribu . " Dia menunjuk jarinya ke Loro Jonggrang dan mengatakan beberapa mantra . Ajaib , tubuh Loro Jonggrang berubah menjadi batu . Sampai saat ini , candi masih berdiri di wilayah Prambanan , Jawa Tengah . Dan candi Loro Jonggrang disebut candi .