TEACHED TO HAVE A GOAL
By: Dr. Sigit Setyawadi
At that time my mentor from Jakarta
came to Surabaya and I was allowed to see him. My wife and I came to the hotel
where he was staying. He is 11 years younger than me. After chatting for a
while, he took out plasticine. My wife and I hold a lump of plasticine. Then he
divided plasticine into 3 and we followed him.
That night, a senior obstetrician was
invited to play plasticine. My mentor has long been financial freedom and of
course I want to. He was a manager at IBM even though he graduated from IPB.
What orders do I follow without asking again.
"Try Mr. Sigit and Mrs. Wati to
make a meatball bowl." He ordered while he also made a meatball bowl. We
both made it quickly and put it on the table.
He took the second plasticine and asked
us to make chalk. Again, we followed his orders. Three chalk-shaped plasticites
are on the table.
He took the last plasticine and said:
"Let's make dlanggenuk".
"What sir?" I am forced to
ask.
"Dlanggenuk" he said.
"What is that, sir?" I
reiterated because I really didn't know.
He casually replied: "I don't
know, but just make it" while rolling up the plasticine. Automatically we
both rolled it up too. He then massaged his plasticine and I imitated him. He
made a box shape, and finally I couldn't take it anymore and asked: "Mr.
Aldi, if we don't know the shape, how do we make it?"
"That's the question I'm waiting
for. Of course we cannot make something that is not already in our minds. As a
result the ladies and gentlemen continued to look at my hand and tried to
imitate what I was doing ". It is true.
The lesson about the importance of new
goals begins. So far, many of us just flow without purpose. Study in field A,
then work in field B because his future is considered better. Work hard, get a
lot of money or a little and live according to the amount of money earned. His
life was formed based on the situation at that time while watching others. What
other people do we imitate. They are looking for greater income with more
schools, we imitate. Continuously like that without knowing where you are
going.
The lesson 12 years ago was attached to
the present day.
Apparently I began to be shown the
straight path. The way for those who have a clear purpose in life. Finally they
are the ones who can enjoy the freedom of life in this world. Really
controlling his own life.
At that time, my life was controlled by
my boss, my patients. Are you in control of your own life? Or controlled by
another party? Monday is scheduled to be here, Tuesday there. If the boss
cancels and changes it, we follow it.
That is normal. But what is normal is
not necessarily true. Seems normal just because most people do.
"Pat, what is that?"
‘’’’ DIAJARI
PUNYA TUJUAN
Oleh: dr. Sigit Setyawadi
Saat itu mentor saya dari Jakarta
datang ke Surabaya dan saya diijinkan menemuinya. Saya dan istri datang ke
hotel tempat beliau menginap. Beliau ini 11 tahun lebih muda dari saya.
Setelah ngobrol sebentar, beliau mengeluarkan plastisin. Saya, istri dan
beliau sendiri memegang segumpal plastisin. Kemudian beliau membagi plastisin
menjadi 3 dan kami mengikutinya.
Malam itu, seorang dokter kandungan
senior diajak main plastisin ya manut saja. Mentor saya sudah
lama financial freedom dan tentunya saya ingin juga. Beliau tadinya
manajer di IBM walau lulusan IPB. Apa perintahnya saya ikuti tanpa bertanya
lagi.
“Coba pak Sigit dan bu Wati membuat
mangkok bakso.” Perintahnya sambil beliau juga membuat mangkok bakso. Kami
berdua membuat dengan cepat dan meletakkan di meja.
Beliau ambil plastisin kedua dan
meminta kami membuat kapur tulis. Lagi-lagi kami ikuti perintahnya. Tiga
plastisin berbentuk kapur tulis terletak di meja.
Beliau mengambil plastisin terakhir dan
mengatakan: “Ayo kita buat dlanggenuk“.
“Apa pak ?” Saya terpaksa bertanya.
“Dlanggenuk” tegas beliau.
“Seperti apa itu pak ?” Saya menegaskan
lagi karena benar-benar tidak tahu.
Dengan santai beliau menjawab: “Saya
tidak tahu, tetapi di buat sajalah” sambil menggulung plastisinnya. Secara
otomatis kami berdua juga menggulungnya. Beliau kemudian memijat-mijat
plastisinnya dan saya menirunya. Beliau membuat bentuk kotak, dan
akhirnya saya tidak tahan lagi dan bertanya :”Pak Aldi, kalau kita tidak tahu
bentuknya, bagaimana kita membuatnya ?”.
“Itu pertanyaan yang saya tunggu
tunggu. Tentu kita tidak bisa membuat sesuatu yang belum ada di pikiran kita.
Akibatnya bapak dan ibu tadi terus melihat tangan saya dan berusaha menirukan
apa yang saya lakukan”. Memang benar.
Pelajaran tentang pentingnya tujuan
baru dimulai. Selama ini banyak dari kita yang mengalir saja tanpa tujuan.
Kuliah di bidang A, kemudian kerja di bidang B karena masa depannya dianggap
lebih baik. Bekerja keras, dapat uang banyak atau sedikit dan hidupnya mengikuti
jumlah uang yang diperoleh. Hidupnya dibentuk berdasarkan situasi saat itu
sambil tolah-toleh mengamati orang lain. Apa yang dilakukan orang lain
kita tiru. Mereka cari penghasilan lebih besar dengan sekolah lagi, kita tiru.
Terus menerus seperti itu tanpa tahu nanti akan kemana.
Pelajaran 12 tahun lalu itu melekat
sampai sekarang.
Rupanya saya mulai ditunjukkan jalan
yang lurus. Jalan mereka yang punya tujuan hidup yang jelas. Akhirnya merekalah
yang bisa menikmati kebebasan hidup di dunia ini. Benar-benar mengendalikan
kehidupannya sendiri.
Saat itu, kehidupan saya dikendalikan
boss saya, yaitu pasien pasien saya. Apakah Anda sudah mengendalikan hidup Anda
sendiri? Atau dikendalikan oleh pihak lain? Hari Senin sudah dijadwal harus
kesini, Selasa kesana. Kalau boss membatalkan dan merubahnya, kita ikuti saja.
Itulah yang normal. Tetapi apa yang
normal, belum tentu benar. Nampak normal hanya karena sebagian besar orang
begitu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar